Sabtu, 14 Desember 2019

TRANSISI ENERGI UNTUK KAMU DAN MASA DEPAN BUMI


Apa yang ada dibenak kamu saat melihat perkembangan dunia saat ini ? Pastinya ada kesan kekaguman dan terpukau saat menyadari bahwa dunia telah mengalami transisi yang luar biasa, dari zaman yang dulunya harus manual dan sekarang menjadi lebih modern dan serba canggih. Faktanya, dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0, dengan berbagai “teknologi cerdas” yang lebih sederhana, mudah dijangkau dan diakses. Namun ternyata, kecanggihan dunia juga berdampak terhadap kondisi bumi saat ini dan masa yang akan datang loh. Hmm.. Bagaimana ini terjadi ? Yuk kita simak. 

Jika kita berpikir ulang, apa ya yang paling dibutuhkan bagi dunia untuk melakukan perkembangan ? Tentunya, salah satu hal mutlak yang tidak bisa diabaikan untuk memenuhi kebutuhan di dunia adalah ENERGI. Bagaimana energi memliki peranan besar dalam kehidupan di dunia ? Logika sederhananya adalah manusia untuk bergerak saja membutuhkan energi, apalagi seluruh aktivitas yang dilakukan untuk perkembangan dunia. Dan terlebih lagi ternyata energi yang dibutuhkan tersebut tidak dalam jumlah yang sedikit dan pasokan energi tersebut harus tetap tersedia dari waktu ke waktu untuk kehidupan generasi selanjutnya.  

Pada tahun 2016, Indonesia pernah tercatat sebagai negara dengan konsumsi energi terbesar di kawasan Asia Tenggara dan urutan kelima di Asia Pasifik, setelah negara China, India, Jepang dan Korea Selatan. Dan berdasarkan data Outlook Energi Indonesia 2019(1), konsumsi energi di Indonesia terbagi untuk sektor transportasi 40%, industri 36%, rumah tangga 16%, komersial 6%, dan sektor lain sebesar 2%. Sayangnya, sumber energi yang selama ini digunakan di Indonesia 93,7% masih berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi 42,1%, gas alam 30,3% dan batu bara 21,3%. 

Penggunaan bahan bakar fosil memang telah menjadi fondasi dari sistem energi, pertumbuhan ekonomi dan gaya hidup modern selama ini. Akan tetapi, bahan bakar fosil yang kita gunakan terus-menerus itu berdampak negatif bagi kelestarian lingkungan, seperti menimbulkan polusi, efek gas rumah kaca, hujan asam hingga pemanasan global, yang sumber terbesarnya disebabkan oleh gas karbon dioksida (C02) dari hasil pembakaran bahan bakar fosil.

Tahukah kamu bahwa Indonesia merupakan salah satu negara G-20 yang memiliki emisi efek gas rumah kaca sebesar 9,2 tCO2e/kapita, padahal standar emisi dari rata-rata negara G-20 hanya 8 tCO2e/kapita. Artinya, Indonesia memiliki emisi 15% lebih tinggi daripada negara-negara G-20 lainnya dan setiap warga Indonesia dapat dikatakan menghasilkan rata-rata 9,2 ton emisi karbon dioksida setiap tahunnya dari berbagai sektor(2)

Jika penggunaan bahan bakar fosil ini tidak diminimalisir, maka produksi emisi akan cenderung naik dan tentunya bukan hanya menjadi ancaman bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, tetapi bahkan berdampak buruk bagi kesehatan bumi kita. Selain itu, bahan bakar fosil merupakan sumber energi yang tak terbarukan, sehingga jumlahnya sangat terbatas dan tidak menutup kemungkinan bahwa dunia akan kesusahan untuk mencari ketersediaan bahan bakar fosil di masa depan. Kemudian, apakah solusinya ?

Transisi Energi 
Nah, sejalan dengan perkembangan dunia, bumi juga membutuhkan transisi untuk bisa menjadi tempat yang lebih baik.  Untuk itulah, transisi energi ditawarkan sebagai solusi alternatif. Transisi energi menuntut untuk melakukan perubahan pengadaan dan penggunaan bahan bakar fosil menjadi energi baru dan terbarukan (EBT) serta penngkatan efisiensi energi. 

Sumber EBT berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 53 Tahun 2018 adalah energi yang berasal sumber energi berkelanjutan seperti panas bumi, biomassa, sinar matahari, angin, aliran dan terjunan air, gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. 
Penggunaan EBT dinilai bersifat ramah lingkungan karena pengolahannya berasal dari tenaga yang dihasilkan oleh proses alam, sehingga dapat meminimalisir produksi emisi ke lingkungan. Selain itu, sumber energi yang dihasilkan dari sistem EBT dapat diperbarui sehingga energi dapat digunakan secara terus menerus dan  disimpan untuk pasokan energi di masa depan.

Indonesia memiliki potensi dalam mengembangkan EBT. Saat ini penggunaan EBT hanya sekitar 5-6% dari total penggunaan energi di Indonesia. Beberapa provinsi di luar Jawa dan Sumatera diprediksi memiliki potensi EBT yang cukup besar. Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Selatan masing-masingnya memiliki potensi mencapai lebih dari 20 GW. Itulah mengapa perencanaan penyediaan listrik di daerah tersebut seharusnya dapat memprioritaskan pemanfaatan EBT. Di sisi lain, kapasitas terpasang EBT di daerah Sumatera Utara sudah lebih dari 500 MW.

Provinsi
Potensi  (MW)
Kapasitas Terpasang 2018 (MW)
Kalimantan Barat
26.841
247
Papua
26.529
20
Jawa Barat
26.190
3.184
Jawa Timur
24.240
275
Kalimantan Timur
23.841
-
Sumatera Utara
22.478
839
Nusa Tenggara Barat
21.991
17
Sumatera Selatan
21.866
18
Kalimantan Tengah
19.568
-
Jawa Tengah
19.450
366
Gambar 1. 10 daerah dengan potensi energi baru dan terbarukan (EBT) terbesar (3) 

Potensi energi baru dan terbarukan (EBT) Indonesia memang cukup besar dan juga memiliki variasi energi yang cukup beragam. Namun, nyatanya potensi EBT belum dapat terlaksana secara maksimal karena berbagai kendala dalam penerapannya, seperti biaya investasi yang tinggi, efisiensi teknologi yang relatif rendah, letak geografis dan faktor sosial masyarakat sebagai pengguna energi.

Pemerintah telah mengupayakan agar target pemanfaatan EBT bauran energi tahun 2025 mencapai 23%. Namun, sekali lagi rencana ini akan sulit tercapai jika penggunaan bahan bakar fosil masih mendominasi. Oleh karena itu, gerakan penghematan energi dan pengembangan terobosan energi terbaru perlu dilakukan tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga masyarakat khususnya pemuda dan generasi milenial.

Secara demografi, generasi milenial akan mendominasi jumlah penduduk Indonesia. Tentunya kesediaan energi untuk masa depan akan mempengaruhi kualitas hidup generasi milenial selanjutnya, karena semakin canggih dunia maka energi yang dibutuhkan akan semakin banyak pula. Perbandingan antara peningkatan produksi, jumlah penduduk dan kebutuhan energi akan terus meningkat dari tahun ke tahun dan hal ini sudah semestinya menjadi keresahan bagi kaum pemuda dan generasi milenial.

Faktanya, kesadaran generasi milenial akan pentingnya energi cukup tinggi. Tidak sedikit dari mereka ikut bergabung dalam komunitas-komunitas untuk membuat gerakan dan aksi peduli terhadap energi, seperti Komunitas Earth Hour, di bawah naungan WWF yang mencanangkan program Switch Off untuk menyatakan kepedulian terhadap perubahan iklim. Selain itu, ada Rumah Energi yang memberikan wadah bagi generasi milenial untuk menyalurkan ide dan kreatifitasnya terkait dengan pengembangan EBT, serta masih banyak komunitas-komunitas lainnya.

Teknologi pengembangan EBT telah menjadi magnet di kalangan generasi milenial. Berbagai inovasi dilakukan untuk menciptakan energi-energi baru ramah lingkungan yang dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Saat ini banyak penelitian yang berhasil menemukan teknologi penghasil EBT berbahan baku zat organik seperti kelapa sawit, singkong ataupun tebu. Menariknya, ide-ide yang diberikan oleh generasi muda dan milenial terbilang sangat sederhana, namun memiliki prospek jangka panjang dan keuntungan yang dapat diberikan bagi kemandirian dan ketahanan energi. Bahkan tidak sedikit penelitian yang terbilang sukses memanfaatkan limbah industri organik sebagai bahan baku energi alternatif tersebut.

Sebenarnya banyak sekali potensi-potensi sumber daya alam yang bisa kita manfaatkan untuk menciptakan berbagai inovasi baru dalam pengembangan EBT. Salah satunya sumber energi yang dapat kita terapkan berasal dari limbah rumah tangga kita sendiri. Tak jarang kita sering mengabaikan limbah organik rumah tangga terbuang begitu saja dan mengganggap tidak berguna, padahal jika diteliti kegunaannya, sampah limbah organik dapat menjadi barang yang berkelas.

Pemanfaatan limbah rumah tangga dapat menghasil energi baru berupa biogas. Pembuatan biogas dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan prinsip fermentasi. Sumber utama limbah organik yang dapat digunakan adalah kotoran hewan dan sisa-sisa makanan. Dengan bantuan mikroorganisme, limbah organik tersebut akan diubah menjadi gas metan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar, seperti bahan bakar pada kompor gas serta kegunaan lainnya. Wah, ternyata keren ya, selain kita mendapatkan energi, limbah rumah tangga kita juga terolah dengan baik.
 
 
Gambar 2. Model Sederhana Teknologi EBT Biogas (4) 

Nah, jadi kamu sudah paham kan, untuk memulai pemanfaatan EBT, kamu tidak harus mencoba dari hal yang rumit dan sulit didapatkan. Kamu juga bisa memanfaatkan apa yang ada disekitarmu dan mulailah bereksperimen. Karena semua hal bisa dimulai dari kita, oleh kita, untuk kita dan bumi tercinta. 




Create your own energy, to light up the future
(Ciptakan energimu, untuk menerangi masa depan)






Referensi : 
  1. Outlook Energi Indonesia 2019. Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.  
  2. Climate Transparency. The Ambition Call. https://www.climate-transparency.org/call-for-more-ambition-ahead-of-the-un-climate-action-summit. 23 September 2019. 
  3. IESR (2019). Laporan Status Energi Bersih Indonesia: Potensi, Kapasitas Terpasang,dan Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Energi Terbarukan 2019.
  4. Cara membuat biogas mini dari sampah organik. https://kumacart.com/cara-membuat-biogas-mini-dari-sampah-organik/.







Jumat, 13 Desember 2019

POTENSI EKONOMI TANAMAN TEH (Camelia sinensis L.) DI PABRIK TEH BAH BUTONG PTPN IV KABUPATEN SIMALUNGUN


Laporan Praktikum Lapangan Botani Ekonomi
POTENSI EKONOMI TANAMAN TEH (Camelia sinensis L.) DI PABRIK TEH BAH BUTONG PTPN IV KABUPATEN SIMALUNGUN


Disusun oleh

Yuli Yantika Syahputri
130805004









KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum lapangan botani ekonomi tepat pada waktunya.
            Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman yang telah ikut berpartisipasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa laporan yang penulis selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini selanjutnya.
            Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semuanya yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta penulis berharap laporanini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amin.



Medan,  Januari 2017


Penulis








DAFTAR ISI

Kata Pengantar
i
Daftar isi
ii


BAB 1. Pendahuluan


1.1
Latar Belakang
1


1.2
Tujuan
2





BAB 2. Hasil Identifikasi dan Analisis


2.1
Identifikasi dan Deskripsi Tanaman Teh Yang Dibudidayan Oleh Perkebunanan Bah Butong PTPN IV
3


2.2
Teknologi Yang Digunakan Dalam Budidaya Tanaman Teh
3


2.3
Teknik Proses Pengolahan Daun Teh Sehingga Menjadi Produk Yang Bernilai Ekonomi
4


2.4
Sasaran Pemasaran Produk
5


2.5
Peluang dan Tantangan Pengembangan Tanaman Teh DiMasa Depan Sebagai Tanaman Bernilai Ekonomi
5





BAB 3. Kesimpulan dan Saran


3.1
Kesimpulan
6


3.2
Saran
6






BAB 4 Rekomendasi
7



Daftar Pustaka
















BAB 1
PENDAHULUAN
                                                          
1.1  Latar Belakang
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting dari beberapa komoditas pertanian yang ada di Indonesia. Dari tanaman teh, daun muda diambil dan diproses menjadi bahan minuman yang lezat dan bermanfaat bagi kesehatan. Menurut Damanik (2013), tanaman teh (Camellia sinensis .L) merupakan salah satu tanaman minuman penyegar beverage crop yang disukai orang karena rasa dan aromanya yang khas. Selain dapat memberikan kesegaran, teh mempunyai banyak manfaat lain untuk tubuh, karena mengandung vitamin (B1, B2, B6, C, K, asam folat (karoten), mineral (Mn, K, Zn, F) serta polifenol (zat antioksidan). Disamping itu, teh juga diekspor dan menghasilkan devisa untuk negara. Kebutuhan akan teh di dalam dan di luar negeri terus meningkat. Karena itu, diusahakan penanaman teh diperluas dan diperbaiki (Sinaga, 2011).  
            Produsen utama teh di Sumatera Utara adalah PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV). Pada dasarnya, PTPN IV adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha Agroindustri. PTPN IV menempatkan areal perkebunan dan pengolahan komoditi teh di daerah Kabupaten Simalungun. Hal ini di sebabkan karena Kabupaten Simalungun terletak di daerah dataran tinggi, dimana tanaman teh tumbuh cukup subur di daerah ini. Selain itu, menurut sejarah sejak jaman penjajahan Belanda daerah Simalungun telah di jadikan kawasan perkebunan teh (Situmorang, 2013).
Salah satu kawasan kebun teh yang ada di Sumatera Utara adalah kebun teh Bah Butong yang berlokasi di desa Bah Butong, Kecamatan Sidamanik, 26 km dari Kota Pematang Siantar dan 155 km dari Kantor Pusat yang berada di Kota Medan. Kebun teh Bah Butong memiliki luas areal Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 2.684.84 Ha dengan ketinggian 890 di bawah permukaan laut (dpl). Sejak tahun 1998 sampai dengan 2000 dibangun pabrik baru yang lebih besar dan modern, yang diresmikan pada tanggal 20 Januari 2001. Selanjutnya, atas kebijakan manajemen kantor pusat bahwa mulai Januari 2012 pabrik Bah Butong mengolah Pucuk Teh Segar (PTS) produksi dari Kebun Sidamanik, Tobasari dan Bah Butong (www.ptpn4.co.id/bah-butong).
            Dalam era perdagangan bebas, produsen komoditas pertanian akan menghadapi persaingan ketat dengan produsen lain dari seluruh dunia. Oleh karena itu, mutu merupakan faktor penting bagi produsen. Namun, perhatian produsen tidak hanya terbatas pada mutu produk yang dihasilkan saja, tetapi juga meliputi aspek proses, sumberdaya manusia dan lingkungan. Cangkupan upaya peningkatan produktifitas dan kualitas teh kebun Bah Butong sangat luas, karena meliputi aspek industri dan produksi (kualitas, kuantitas, dan biaya

produksi, aspek sosial dan aspek sosial ekonomi yang semuanya mengarah kepada nilai potensi ekonomi dalam mengolah suatu produk.
            Berdasarkan pemaparan di atas, maka pada tanggal 05 Jannuari 2017 dilakukan praktikum Botani Ekonomi ke Perkebunan Teh Bah Butong PTPN IV untuk mengetahui proses pengolahan tanaman teh dan mengetahui potensi ekonomi tanaman teh yang berasal dari Perkebunan Teh Bah Butong PTPN IV Kabupaten Simalungun.

1.2  Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum lapangan ke Pabrik Teh Bah Butong PTPN IV Kabupaten Simalungun adalah:
a.      Untuk mengidentifikasi dan deskripsi tanaman teh yang dibudidayakan oleh Perkebunan Bah Butong PTPN IV.
b.      Untuk mengetahui teknologi yang digunakan dalam budidaya tanaman teh.
c.      Untuk mengetahui teknik proses pengolahan daun teh sehingga menjadi produk yang bernilai ekonomi.
d.      Untuk mengidentifikasi sasaran pemasaran produk.
e.      Untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan pengembangan tanaman teh dimasa depan sebagai tanaman bernilai ekonomi.
 


BAB 2
HASIL IDENTIFIKASI DAN ANALISIS

2.1 Tanaman Teh yang Dibudidayakan di Perkebunan Bah Butong PTPN IV
Jenis tanaman teh yang dibudidayakan di perkebunan Bah Butong PTPN IV adalah Camellia sinensis. Menurut sejarahnya, tanaman teh (Camelia sinensis) diduga berasal dari daratan Asia Selatan dan Tenggara dan pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji the dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Selanjutnya, pada tahun 1910 diketahui bahwa perkebunan teh mulai dibangun   perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara yang memiliki keadaan iklim dan tanah yang lebih cocok bagi tanaman teh. Selanjutnya, jenis klon tanaman teh terdiri dari Tanaman Klonal (Gambung Group) ((www.ptpn4.co.id/bah-butong).
            Tanaman teh merupakan tanaman sub tropik yang bergenus Camellia dari famili Theacea. Secara umum, tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan cukup sulit untuk menembus lapisan tanah. Perakaran utama berkembang pada lapisan tanah atas dengan kedalaman 0-25 cm, yang merupakan tempat utama berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam tanah (Setyamidjaja, 2000). Klasifikasi dari tanaman teh adalah sebagai berikut: divisi: Spermatophyta (tumbuhan biji), subdivisi: Angisopermae (tumbuhan biji terbuka), kelas: Dicotyledoneae (tumbuhan biji berkeping dua), ordo: Clusiales, famili: Theaceae, genus: Camellia, spesies: Camellia sinensis.

2.2 Teknologi Yang Digunakan Dalam Budidaya Tanaman Teh
       Ada beberapa teknologi yang digunakan dalam budidaya tanaman teh:
a.      Penggunaan klon unggul: Tingginya produksi tanaman dapat dicapai dengan menanam klon-klon unggul yang diikuti dengan tindakan kultur teknis yang tepat.
b.      Pohon pelindung dan pengairan untuk mengatasi kekeringan: Tanaman teh berasal dari daerah subtropis yang dapat tumbuh optimum pada suhu 13-250 C, kelembaban (Rh) 70%, pH 4,5-5,6 dan curah hujan yang tidak kurang dari 2000 mm. Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan dan pertumbuhan pucuk tanaman teh sangat dipengaruhi oleh curah hujan serta penyinaran matahari. Pohon pelindung dapat mengurangi kecepatan angin sehingga dapat mengurangi penguapan air di dalam tanah maupun tanaman. Selain itu, pohon pelindung juga dapat mengurangi suhu udara di lingkungan.
c.      Aplikasi pemupukan yang tepat: Aplikasi pemupukan yang tepat berperan untuk meningkatkan produksi sebesar 20%. Pupuk merupakan salah satu input faktor yang mampu memenuhi kebutuhan hara tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan yang tepat dosis, waktu, cara dan jenis dapat mendukung peningkatan produksi tanaman.

d.      Pemeliharaan tanaman: Pemeliharaan tanaman memegang peranan dalam peningkatan produktivitas sebesar 15% yang mencakup perawatan daun pemeliharaan, pemetikan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dan pemangkasan.

2.3 Proses Pengolahan Daun Teh Sehingga Menjadi Produk
Perkebunan Bah Butong mengolah teh hitam dengan sistem kombinasi Orthodox-Rotor Vane dengan olah 1.530 kg teh kering per jam dan kapasitas tampung Daun Teh Basah ± 100 Ton. Adapun tahapan-tahapan pengolahan teh hitam adalah sebagai berikut:
I.        Stasiun Penerimaan Daun Teh Basah
Pelayanan DTB (daun teh basah) dari afdeling dilakukan 3 (tiga) kali sehari. DTB diangkut ke ruang Pelayuan dan dimsukkan ke WT (witehring Trough) dengan alat angkut monorail, selanjutnya DTB dibeber/dikirap untuk dilayukan.
II.      Stasiun Pelayuan
Pelayuan DTB bertujuan untuk menurunkan kandungan air, sehingga DTB menjadi layu fisik serta member kesempatan terjadinya perubahan senyawa-senyawa kimia. Untuk membantu proses pelayuan dialirkan udara panas dari Heat Exchanger dengan suhu 26-300C. Lama pelayuan antara 18 s/d 20 jam.
III.     Stasiun Penggulungan
Penggulungan bertujuan untuk memeras / memulas cairan getah daun dan untuk membentuk pecahan daun menjadi menggulung. Skema penggulungan yang dipakai OTR-PCR-RV-RV. Pada proses ini dihasilkan Bubuk-I, II, III, IV dan Badag. Selama proses penggulungan, suhu dan kelembaban ruangan harus tetap terjaga antara 22-240C dan RH>95%. Untuk mengendalikan suhu dan RH digunakan alat pengabut air (Humidifier).
IV.  Stasiun Fermentasi (Oksidasi Enzimatis)
Fermentasi / Oksidasi Enzimatis bertujuan untuk memberikan kesempatan terjadinya reaksi Oksidasi Enzymatis dalam bubuk teh dan mengendalikannya sehingga terbentuk kualitas teh hitam yang baik.
V.      Stasiun Pengeringan
            Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses kerja enzim pada titik optimal dan memfiksasi sifat-sifat baik yang telah dicapai pada proses oksidasi enzimatis serta menurunkan kadar air dalam teh sehingga dapan disimpan tahan lama.
VI.    Stasiun Sortasi
Sortasi bertjuan untuk memisahkan teh berdasarkan jenis sesuai criteria yang berlaku pada pemasaran teh hitam. Teh hasil sortasi (teh jadi) terdiri dari:
Grade I
BOP I, BOP, BOPF, BP, BT, PF,DUST
Grade II
BP II, BT II, PF II, DUST II, DUST III, DUST IV, FANN II
Grade III
RBO



VII.   Pengepakan
Teh yang telah memenuhi jumlah 1 chop langsung di kemas. Kemasan yang digunakan untuk pengepakan adalah paper sack. Tujuan pengemasan adalah untuk melindungi teh hitam dari kerusakan, memudahkan transportasi dari lokasi produsen ke konsumen, efisiensi dalam penyimpanan di gudang, serta sebagai alat promosi.

2.4 Sasaran Pemasaran Produk
Pemasaran produk teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong dengan pengubahan atau transformasi sumberdaya menjadi barang dan jasa. Pemasaran produk menggunakan kualitas produksi terbaik agar dapat bersaing dengan produk dari negara-negara lain yang juga memproduksi teh dan dapat mempertahankan hasil terbaik, bahkan meningkatkan menjadi produk andalan di seluruh negara. Produk teh hitam buatan Indonesia di ekspor ke beberapa negara, antara lain:
1. Negara-negara Timur Tengah : Mesir, Irak, Iran, Syria.
2. Negara-negara Eropa: Jerman, Irlandia, Italia, Belanda, Prancis, Spanyol, Inggris.
3. Negara-negara lain: Amerika, Australia, New Zealand, Fiji, Taiwan, Singapura, Malaysia.
           
2.5 Peluang dan Tantangan Pengembangan Tanaman Teh Dimasa Depan
Peluang dan tantangan pengembangan teh di masa depan sebagai tanaman bernilai ekonomi adalah adanya teknologi-teknologi baru dan sistem atau cara baru dalam budidaya tanaman teh dan pengolahannya menjadi sebuah produk teh yang lebih mudah dan praktis untuk produksi dalam skala besar. Sejalan dengan hal ini, tentu saja ada tantangan tersendiri dimana persaingan dalam pemasaran produk antar negara produsen dan pengekspor teh juga semakin ketat, seperti yang terjadi sekarang ini Indonesia bersaing dengan Vietnam dan India yang juga memliki kualitas teh terbaik. Oleh karena itu, sangat diperlukan untuk selalu memberikan inovasi-inovasi baru dengan dengan tetap menjaga kualitas dari produk teh yang diekspor oleh Indonesia sehingga dapat menjadikan negara Indonesia sebagai produsen teh terbaik di seluruh Indonesia.
            Selain itu, peluang yang lain adalah adanya SDM yang memiliki keunggulan kompetitif sebagai pelaksana kegiatan, adanya permintaan terhadap pasar akan kualitas yang bagus, kemajuan IPTEK sebagai inovasi, dan pemanfaatan kebijakan pemerintahan. Hal ini akan menjadi sebuah peluang terhadap pengembangan tanaman teh di masa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan produktifitas tanaman teh. Sedangkan tantangan pengembangan tanaman teh di masa depan sebagai tanaman bernilai ekonomi adalah: kondisi pertanaman: didominasi oleh tanaman tua dan rusak sehingga produktivitasnya rendah, perubahan iklim global, kelangkaan ketersediaan dan persaingan pemanfaatan lahan dan air, inovasi IPTEK semakin kompleks, dan pemeliharaan konsistensi mutu.


BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1  Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum lapangan botani ekonomi adalah:
a.      Jenis tanaman teh yang dibudidayakan di perkebunan Bah Butong PTPN IV adalah Camellia sinensis.
b.      Teknologi yang digunakan dalam budidaya tanaman the adalah penggunaan klon unggul, penggunaan pohon pelindung, aplikasi pemupukan yang tepat, dan pemeliharaan tanaman.
c.      Proses pengolahan teh hitam melalui 7 stasiun, yaitu stasiun penerimaan daun teh basah, stasiun pelayuan, stasiun penggulungan, stasiun fermentasi (oksidasi enzimatis), stasiun pengeringan, stasiun sortasi, dan stasiun pengepakan.
d.      Pemasaran produk teh hitam di ekspor ke berbagai negara, seperti negara-negara di eropa, timur tengah, dan lain-lain.
e.      Peluang dan tantangan yang paling utama di masa depan adalah adaya kemajuan teknologi dalam budidaya tanaman teh sehingga dapat meningkatkan daya saing antarnegara pengekspor teh di dunia.

4.2  Saran
Saran yang diberikan untuk praktikum lapangan ini adalah:
a.    Sebaiknya saat praktikum, mahasiswa diberikan informasi tentang manajemen pembudidayaan tanaman di lapangan atau di kebun teh Bah Butong PTPN IV.
b.    Diharapkan tempat atau lokasi untuk praktikum selanjutnya dilakukan di tempat yang berbeda.
c.    Diharapkan tempat yang dikunjungi untuk selanjutnya dapat memberikan keterangan dan informasi lebih rinci tentang kegiatan apa saja yang dilakukan.



BAB 4
REKOMENDASI

Rekomendasi yang disarankan untuk kemajuan pembudidayaan dan pengolahan tanaman teh Bah Butong di PT Perkebunan Nusantara IV adalah:
a.    Sebaiknya dilakukan pemasaran produk untuk Indonesia sendiri dengan inovasi baru yang dapat diterima oleh masyarakat luas dengan citarasa dan aroma yang memang sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia.
b.    Hasil produk dari pengolahan tanaman teh tidak hanya berupa serbuk teh, akan tetapi mungkin bisa dijadikan atau diinovasikan ke dalam minuman kemasan dengan label nama yang menarik. Sehingga bagi beberapa konsumen yang tidak sempat membuat minuman teh, dapat membelinya dalam bentuk minuman kemasan.
c.    Sebaiknya dalam budidaya tanaman teh menggunakan teknologi untuk membuat tanaman teh resisten terhadap serangan hama dan penyakit dan tahan terhadap perubahan iklim dan cuaca sehingga tidak mempengaruhi hasil yang ada.
d.    Pemberdayaan tenaga kerja yang memperhatikan kesehatan dan keahlian masing-masing agar proses pelaksaan berjalan efektif.
e.    Pengemasan yang lebih menarik, tidak membosankan dan memiliki inovasi tersendiri. Dan sebaiknya dibuat sepraktis mungkin.




 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ptpn4.co.id/bah-butong di akses pada tanggal 1 Februari 2013 pukul 11.20 WIB

Damanik, E. 2013. Penerapan Metode Goal programming untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Study Kasus PT. Perkebunan Nusantara IV-Pabrik Teh Bah Butong). Universitas Sumatera Utara: Medan.

Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanasius: Yogyakarta.

Sinaga, D. M. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Teh Di PTPN IV Sidamanik Kab.Simalungun Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Situmorang, D. 2013. Strategi Adaptasi Rumah Tangga Karyawan yang Dirumahkan PTPN IV Bah Butong dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Bah Butong 1 Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara: Medan.